Penerapan Realistic Mathematics Education (RME) Berbasis Etnomatematika pada Mata Pelajaran Matematika Materi Diagram Batang Kelas II SDN Banyu Urip VI/367 Surabaya

Authors

  • Hery Setiyawan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Indonesia
  • Pungki Dwi Oktavianti Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Indonesia
  • Tantri Inggrit Galuh Hanantha Murty Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Indonesia
  • Ardia Agustin Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Indonesia
  • Neta Tabhita Partika Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.51178/invention.v6i2.2710

Keywords:

Realistic Mathematic Education, Etnomatematika, Hasil Belajar, Budaya Lokal

Abstract

Matematika sering kali dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan membingungkan, terutama bagi peserta didik sekolah dasar. Konsep seperti diagram batang yang tampak sederhana di mata orang dewasa, ternyata masih menjadi tantangan bagi peserta didik kelas II SD Negeri Banyu Urip VI/367 Surabaya. Hal ini terjadi karena penyajian materi yang terlalu abstrak dan jauh dari pengalaman hidup mereka sehari-hari. Untuk menjawab tantangan ini, penelitian ini mencoba menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) yang dipadukan dengan unsur budaya lokal melalui etnomatematika. Melalui pendekatan ini, peserta didik diajak untuk belajar matematika dari hal-hal yang dikenal peserta didik, seperti makanan tradisional, atau permainan daerah. Dengan cara ini, matematika menjadi lebih nyata, dekat, dan bermakna. Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan desain One Shot Case Study pada 24 peserta didik kelas II. Data dikumpulkan melalui lembar evaluasi dan lembar kerja peserta didik. Hasilnya sangat memuaskan, rata-rata nilai kelas mencapai 86 dan sebanyak 75% peserta didik mencapai atau melebihi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Lebih dari sekadar angka, pendekatan ini menunjukkan bahwa ketika pembelajaran menyentuh realitas dan budaya sehingga peserta didik menjadi lebih aktif, paham, dan percaya diri. Pendekatan ini membuktikan bahwa matematika tidak harus kaku dan menakutkan. Justru sebaliknya, ketika dikemas secara kontekstual dan manusiawi, matematika bisa menjadi alat untuk membangun kedekatan, kebanggaan budaya, dan motivasi belajar yang lebih tinggi pada peserta didik.

Downloads

Published

2025-07-05

Issue

Section

Articles