Pola Komunikasi Antara Pengasuh Dan Santri Dalam Meningkatkan Akhlakul Karimah Di Pondok Pesantren Manba’ul Hidayah Asahan
DOI:
https://doi.org/10.51178/jpspr.v2i4.972Keywords:
Pola, Komunikasi, Pengasuh, Santri dan Yayasan Pondok Pesantren Manba’ul HidayahAbstract
Yayasan Pondok Pesantren Manba’ul Hidayah ini merupakan lembaga pendidikan yang memiliki ilmu pengetahuan umum dan Agama. Yayasan ini juga merupakan lembaga yang menjalankan keaktifan di bidang akhlak. Namun dalam menjalankan pembinaan akhlak ini perlu adanya komunikasi yang jelas agar pesan yang di sampaikan oleh pengasuh kepada santri dapat tersampaikan dengan baik, sehingga menimbulkan kenyamanan, kesenangan dan kebiasaan bagi komunikan karena pesan dari komunikator dapat dipahami dengan baik. Dari latar belakang masalah di atas maka muncul pertanyaan, bagaimana pola komunikasi antara pengasuh dan santri dalam melakukan pembinaan akhlak di Pondok Pesantren Manba’ul Hidayah? Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat pola komunikasi antara pengasuh dan santri dalam melakukan Akhlakul Karimah di Yayasan Pondok Pesantren Manba’ul Hidayah? Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskritif analisis, dengan menggunakan pengamatan langsung atau observasi yang dilanjutkan dengan wawancara kepada narasumber dan kemudian menggunakan dokumentasi sebagai dokumen aktual dalam penyusunan penelitian ini. Setelah semua data yang dibutuhkan telah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menyusun data secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian dalam melakukan analisa data. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pola komunikasi yang berlangsung sesuai struktur aliran pesan. Menurut Joseph A. Davito, pola komunikasi dalam organisasi terjadi melalui lima bentuk, yaitu pola lingkaran, pola roda, pola y, pola rantai, dan pola bintang/semua saluran. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan, wawancara pengasuh dan santri secara mendalam, dan dokumentasi berupa foto, catatan, arsip tertulis lainnya. Dalam prosesnya, pola komunikasi antara pengasuh dan santri menggunakan pola bintang/seluruh saluran. Komunikasi dua arah menjadi efektif ketika pesan yang yang disampaikan komunikator mendapat feedback dari komunikan. Hambatannya yaitu masih ada rasa kurang percaya diri, rasa canggung terhadap pengasuh. pendukungnya berupa usaha dari pihak pengasuh yayasan untuk membuka diri terhadap keluhan yang dialami para santri.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2022 Jurnal Pusat Studi Pendidikan Rakyat
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.